Pengurus HMI MPO Komisariat FE UII

" Ketua Umum : Idham Hamidi Sekretaris Umum : M.Arief Sukma Aji Wakil Sekretaris Umum : Geladis Fertiwi Bendahara Umum : Dovy Pradana Purnamawulan Kanit Keislaman : Agus Faryandi Kanit Pelatihan : Mujahid Musthafa Kanit Kajian dan Penlitian : Firzan Dwi Chandra Kanit Kewirausahaan : Muhammad Yadin Kanit PTKPJ : Teguh Hardityo Baskoro Kanit Pers dan Media Informasi : Egy Prastyo
Jumat, 25 Mei 2012 0 komentar

Pemberdayaan Desa

Pembukaan








0 komentar

Latihan Kader 1

Pembukaan LK 1

Darul Ulum Tampak Hijau Hitam

Malam itu (24/5/12), Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum, Dusun Potorono tampak Hijau Hitam dan ramai. Pembukaan Latihan Kader I (LK I) yang digelar Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (HMI FE UII) bertemakan “Membangun Kader HMI yang Produktif dan Kontributif” berlangsung hikmat. LK I ini merupakan kegiatan tahunan HMI yang bertujuan untuk merekrut kader-kader baru. “Dengan adanya LK ini diharapkan akan ada regenerasi baru, akan ada kader-kader baru” tutur Imam Riyadi selaku ketua panitia.
Pembukaan LK I yang berlangsung sekitar satu jam ini dibuka dengan bacaan basmalah secara bersama-sama. Acara dilanjutkan dengan pembacaan Kalam Illahi oleh Rizka Okta Bolita. Acara berikutnya, menyanyikan Hymne HMI dan Mars Hijau Hitam yang merupakan lagu kebangsaan HMI. Selanjutnya diisi dengan sambutan-sambutan. Pada kesempatan pertama diberikan kepada Imam Riyadi. Pada sambutannya ia berkata, “Sebesar apapun organisasi tersebut, apapun bentuk organisasi tersebut tanpa adanya regenerasi dan tanpa adanya kader-kader baru yang muncul, maka yakinlah organisasi tersebut akan mati,” tutur pria yang biasa disapa Adi. Sambutan kedua diberikan kepada Ahmad Izzudin Aslam selaku Ketua Umum HMI FE UII. Dalam sambutannya ia berpesan dua hal. pertama, “Calon kader berbanggalah pada diri sendiri, berilah penghargaan sebesar-besarnya pada diri sendiri karena teman-teman disini adalah harapan generasi HMI.” kedua, “Pandai-pandailah melihat tanda dan memaknainya” tukas Izzudin. Sambutan selanjutnya oleh Ainul Jihad Nurdin selaku Ketua Umum Koordinator Komisariat (Korkom) UII. Jihad berpesan dalam sambutannya, “Saat kita diamanahkan sebagai apapun itu, kita jangan pernah bertanya kenapa harus saya”. Sambutan terakhir diperuntukan kepada Zuhad Aji Firmantoro selaku Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta yang sekaligus membukaan acara LK I. Dalam sambutannya Aji mengatakan, “LK I tempat kita mengeringkan kayu-kayu basah dan membuat api yang besar”. Beranjak ke berikutnya, penyerahan berkas peserta LK I dari panitia kepada pemandu. Acara terakhir ditutup dengan do’a yang dibawakan oleh Nofryansah Dwipa Ahmad.
Total peserta yang mengkuti LK I berjumlah kurang lebih sekitar 23 orang yang berasal dari berbagai komisariat dan mayoritas berasalah dari FE UII. Mereka semua akan ditempa dan diberikan pembekalan selama tiga hari penuh.

Oleh : Rendy Pradana Hamidjaya

Senin, 21 Mei 2012 0 komentar

Hari Buku Nasional


17 Mei Hari Buku Nasional
Tidak banyak orang yang tahu bahwa tanggal 17 Mei adalah hari buku Nasional. Abdul Malik Fajar selaku Menteri Pendidikan Nasional pada tanggal 17-Mei-2010 lalu menetapkan sebagai hari buku Nasional, ini merupakan upaya untuk memacu minat baca generasi muda sekarang ini. Pasalnya minat baca di Indonesia khususnya masih bisa dibilang cukup minim. Kondisi ini tercatat satu buku dibaca sekitar 80.000 penduduk Indonesia kompas.com
Peringatan hari buku Nasional ini patut kita renungi bersama, betapa menjadi seorang penulis buku bukanlah pekerjaan yang cukup menjanjikan dari segi penghasilan. Untuk royalti masih harus dibagi-bagi antara penulis, penerbit dan lainnya. Hanya beberapa persen yang didapatkan oleh penulis, sekitar 5-10 persen dari harga jual buku. Sejatinya menjadi seorang penulis itu adalah pekerjaan untuk keabadian begitulah adagium menarik yang diungkapkan sang penulis tetralogy pulau buruh, Pramoedya Ananta Toer. Pram juga mengatakan bahwasanya sepandai-pandainya seseorang apabila dia tidak menulis maka diakan hilang dari sejarah.
Meski sang penulis dikritik dari sisi Idealisme, penulis buku diibaratkan pengikat ilmu, penguri-uri pengetahuan, pengabdian kisah sejati dan sebagainya. Akan tetapi profesi tersebut seperti sebagai semacam “kutukan”. Namun disisi lain seorang penulis bisa menularkan pemikirannya lewat buku yang ditulisnya dan ditransformasikan kepada pembacanya. Lewat tulisan seseorang bisa dikenal. Siapa yang akan tahu Socrates, Plato, Adam Smith, Keynes kalau kita tidak membaca bukunya?
Melihat potret realitas Indonesia saat ini untuk minat baca yang masih bisa dibilang minim. Generasi muda sekarang lebih senang memegang media komunikasi elektronik seperti handphone dan sebagainya ketimbang buku. Fenomema ini sungguh-sungguh terjadi dilingkungan sekitar kita. Mereka lebih senang menghabiskan waktunya untuk Twitteran atau Facebookan sebagainya, update status, mention, retweet dan apalah. Budaya pop yang telah menggurita ini membuat banyak kalangan muda menjadi malas untuk membaca buku. Padahal dengan membaca buku akan banyak informasi yang bisa didapatkan dan lebih komprehensif.
Ironisnya, perpustakaan kampus yang seharusnya digunakan mahasiswa untuk mencari buku-buku rerefensi sangat jarang sekali dikunjungi. Mereka lebih senang berjalan-jalan ke Mall, nongkrong bersama teman-temannya, nge-gosip. Sedikit sekali yang menghabiskan sebagian waktunya untuk membaca lembaran-lembaran tulisan yang penuh dengan ilmu pengetahuan tersebut. Mungkin seandainya buku bisa berbicara dia akan berkata “untuk apa aku dibuat kalau hanya untuk disandingankan di lemari , tidak ada yang ingin membaca aku, percuma aku dilahirkan kalau ternyata kelahiranku tidak memberikan arti bagi kehidupan manusia”.
Mulai dari hari buku Nasional ini mari kita kembali merekonstruksi budaya membaca buku. Bersama-sama kita kembalikan budaya membaca di lingkungan sekitar kita. Dengan terciptanya budaya membaca yang baik dan tertatur maka ilmu pengetahuan kita akan semakin bertambah. Tak peduli apa kata orang saat melihat kita membaca buku. Sok-sok-an lah atau sok pinter lah. Jangan terlalu mengindahkan hal semacam itu. Ambil kembali buku yang terpajang rapi di atas lemari yang belum kita baca. Apabila sulit untuk memulai membaca buku, bawa lah terus buku didalam ranselmu, suatu saat disaat kamu sedang bosan maka dengan sendirinya kamu akan membaca buku tersebut. Share-kan dengan teman-teman dan diskusikan apa yang anda dapat dari buku yang anda baca.

Oleh : Rendy Pradana Hamidjaya


Minggu, 20 Mei 2012 0 komentar

Sejarah

Sejarah, Pemikiran dan Gerakan HMI Serta Relevansinya

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang perkaderan dan perjuangan. HMI sendiri dideklarasikan oleh Lafran Pane pada tanggal 5 Februari 1947 di sebuah ruang kelas di Sekolah Tinggi Islam (STI) yang saat ini berubah nama menjadi Universitas Islam Indonesia. (QS. Ali Imron:104) Menyeru kepada kebaikan/Islam dan mencegah kemungkaran adalah kewajiban setiap muslim. Maka HMI sebagai organisasi yang bercirikan Islam merupakan alat untuk mengajak kepada kebaikan wajib pula ada.
Situasi politik yang mencekam pada saat itu dan beberapa aspek-aspek lain seperti pendidikan, pemerintahan, hukum, ekonomi, kebudayaan yang ikut turut andil dalam kondisi konstelasi perpolitikan Nasional pada masa itu, sehingga membentuk pemikiran untuk mendirikan HMI. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaam Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dalam aktivitasnya tidak memperhatikan kepentingan mahasiswa beragama Islam. Dengan tidak tersalurnya aspirasi keagamaan mayoritas mahasiswa di Yogyakarta merupakan alasan kuat bagi mahasiswa yang beragama untuk mendirikan organisasi mahasiswa sendiri terpisah dari PMY. Gerakan untuk memunculkan sebuah organisasi mahasiswa Islam untuk menampung aspirasi mahasiswa akan kebutuhan pengetahuan, pemahaman, penghayatan keagamaan yang aktual muncul di akhir November 1946 secara organisatoris di awal Februari 1947 dengan berdirinya HMI.
Dalam perjalanannya HMI menghadapi berbagai problematika yang acap kali hadir dalam eksistensinya, mulai dari berdiri hingga saat ini. Ada berberapa fase yang dijalani HMI selama masa perjuangannya, seperi fase konsolidasi spiritual dan proses berdirinya serta pengokohan HMI, (1946-1947). Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan, serta menghadapi penghianatan PKI, (1947-1949). Fase pembinaan dan pengembangan organisasi, (1950-1963). Fase tantangan, dimana pada fase ini dendam kesumat PKI terhadap HMI. Menempatkan HMI sebagai organisasi yang harus dibubarkan karena dianggap sebagai penghalang bagi tecapainya tujuan PKI. Sementara itu HMI berhasil mengadakan konsolidasi organisasi, dimana HMI tampil sebagai organisasi yang meyakinkan (1963-1966). Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor kebangkitan angkatan '66 (1966-1968). Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969-sekarang). Fase kebangkitan intelektual dan pergolakan pemikiran (1970-1994). Fase Reformasi (1995-sekarang) Secara historis sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan dan kritik kepada pemerintah. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontatif.
Melihat sejarah perjuangannya, HMI membawa nilai-nilai perjuangan yang harus tetap dipertahankan hingga saat ini. Namun pada realitas saat ini, cita-cita HMI yang sejatinya terinternalisasi kedalam diri tiap-tiap kader HMI masih saja kurang. Baik pemahaman akan konstitusi, sejarah, maupun etos perjuangan HMI. Pemahaman akan sejarah HMI hanya dipahami saat berdirinya saja, namun untuk pemahaman akan sejarah perjuangan yang masih bisa dikata kurang. Bahkan ironisnya kader-kader HMI tidak mengetahui tujuan HMI yang telah tertuang didalam konstitusi. Pasalnya banyak kader HMI yang tidak memiliki konstitusi yang merupakan pedoman dasar perjuangan HMI. Bahkan kader-kader HMI selalu mengkritik HMI, namun dia sendiri tidak paham akan HMI secara mendalam. HMI tidak bisa dipahami dari kulitnya saja, namun harus dipahami secara mendalam hingga ke akar-akarnya. Kritik yang dilontarkan karena hanya meilhat satu sisi hanya akan memberikan argumentasi yang parsial. Nilai-nilai yang tertuang baik secara implisit dan eksplisit harus dijunjung tinggi oleh kader-kader HMI.
Estafet perjuangan sejatinya merupakan tanggung jawab yang diemban setiap anggota atau kader organisasi, baik itu HMI atau bukan guna eksistensi organisasi itu sendiri. Keberlangsungan nyawa organisasi semua berada di tangan kader-kader organisasi terakit. HMI bisa besar hingga saat ini semua karena kepedulian kader akan HMI.

Oleh : Rendy Pradana Hamidjaya

Jumat, 04 Mei 2012 1 komentar

Kajian Filsafat

Filsafat
                Ilmu sebagai objek kajian filsafat


Pada dasarnya. Setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup yang nampak dan tidak nampak. Ada yang nampak adalah dunia empiris, sedangkan yang tidak nampak adalah alam metafisika.


 Pengertian Filsafat secara umum
Filsafat dalam bahasa inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia, yang terdiri dari dua kata : philos (cinta) dan Sophos (kebijaksanaan). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Orangnya disebut filosof.
Cabang ilmu Filsafat pada dasarnya dibagi kedalam tiga cabang yaitu;
1.      Ontologi
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi(kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani(kejiwaan).
Pembahasan tentang ontology sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan logos = logic. Jadi ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).

2.      Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pada abad ke-5 SM, muncul keraguan para kaum sophis, mereka meragukan akan kemampuan manusia mengetahui realitas. Para sophis bertanya, seberapa jauh pengetahuan kita mengenai kodrat benar-benar merupakan kenyataan objektif, seberapa jauh pula merupakan sumbangan subjektif manusia? Apakah kita mempunyai pengetahuan mengenai kodrat sebagaimana adanya? Sikap skeptis inilah yang mengawali munculnya epistemologi.
3.      Aksiologi
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”
Sedangkan arti aksiologi yang terdapat dalam buku Jujun S. Suriasmantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Dari dua definisi aksiologi diatas terlihat bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permsalahn etika dan estetika.

Oleh : Rendy Pradana H

Alamat Sekretariat:Jl. Pawiro Kuwat 187 B(Selatan Kampus FE UII) Condong Catur,Sleman Yogyakarta Indonesia
 
;