Pengurus HMI MPO Komisariat FE UII

" Ketua Umum : Idham Hamidi Sekretaris Umum : M.Arief Sukma Aji Wakil Sekretaris Umum : Geladis Fertiwi Bendahara Umum : Dovy Pradana Purnamawulan Kanit Keislaman : Agus Faryandi Kanit Pelatihan : Mujahid Musthafa Kanit Kajian dan Penlitian : Firzan Dwi Chandra Kanit Kewirausahaan : Muhammad Yadin Kanit PTKPJ : Teguh Hardityo Baskoro Kanit Pers dan Media Informasi : Egy Prastyo
Sabtu, 03 Januari 2015 0 komentar

AEC Musibah atau Kesempatan ?

AEC Musibah atau Kesempatan ?
Oleh :
BAGAS ALDITO
 Komisariat FE

Asean Economic Community (AEC) atau yang sering disebut sebagai masyarakat ekonomi asean (MEA) merupakan suatu integrasi perekonomian negara-negara yang tergabung dalam ASEAN dalam menyikapi persaingan di dunia maupun diregional dalam bidang ekonomi. Selain itu juga AEC aklan membuat pasar tunggal yang dijadikan sebagai acuan pandangan (arus barang/jasa) dikawasan itu sendiri, agar ASEAN dapat menyaingi pengaruh dari raksasa ekonomi regional seperti China dan India. Hal ini tercantum dalam tujuan AEC itu sendiri ‘’untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN ‘’.
AEC sendiri nerupkan langkah lanjutan dari AFTA yang disepakati pada KTT ASEAN ke-9 di Bali 2003. Dan AEC sendiri seharusnya dilaksanakan pada tahun 2020 namun dipercepat menjadi tahun 2015 karena kekhawatiran terhadap pengaruh para raksasa ekonomi regional yang semakin kuat dan melebar. Namun tak mudah dapat melaksanakan AEC itu sendiri , karena setiap Negara anggota pasti memiliki kendala/hambatan sendiri dalam mempersiapkan menghadapi AEC itu sendiri. Salah satunnya Indonesia, salah satu Negara besar kaya sumber daya alam dan (bukan) manusia, dan Negara raksasa ekonomi ASEAN dan Negara yang diperhitungkan dunia Internasional. Kenapa hal itu bisa terjadi ? Padahal pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi dikawasan bahkan didunia mengalahkan negar-negara maju. Dan apa saja hambatan –hambtan itu?

1. Pendidikan
Sistem pendidikan Indonesia masih jauh dari’’sehat’’ dibandingkan negar-negara tetangga (yang tergabung dalam ASEAN). Seringnya perubahan system kurikulum membuat Indonesia tidak memiliki syandarisasi pendidilan yang jelas sehingga muncul slogan ‘’beda menteri beda pula kurikulumnya’’.

2. Tenaga Kerja
Seringnya perubahan kurikulum membuat masyarakat binggung akan hal tersebut. Buruknya system pendidikan membuat kualitas lulusan pendidikan Indonesia rendah dibandingkan Negara-negra tetangga. Sebagian tenaga kerja Indonesia (sebagian besar) berlulusan SD hanya beberapa persen tenga kerja yang berpendidikan tinggi.

3. UMKM (Usaha Masyarakat Kecil Menengah)
UMKM                 merupakan salah satu penopang pendapatan nasional selain pajak, tki, beadan cukai dan ekspor-import. UMKM Indonesia kalah dengan Negara-negra lain karena produk-produk mereka kalah promosi dengan produk-produk UMKM negta tetangga sebagian mereka mempromosikan dengan biaya sendiri.

4.Infrastruktur
Inilah hal yang paling penting karena kurangnya infastruktur yang ada akan menghambat arus barang/jasa dan biaya logistic antar Indonesia bagian barat dan timur menjadi membuat kesenjangan nya semakin besar dan menyebabkan harga output menjadi lebih tinggi dari harga retail yang ada.
Hal ini yang menyebabkan Indonesia daoat menjadi “makanan dan kembali pada era bermalas malasan (colonial)’’.Kenapa demikian karena semakin mudahnya tenaga kerja asing masuk kedalam negeri maka semakin leluasa investor-investor  berada dibumi kartini ini. Semakin banyaknya Infrastruktur yang dikuasai pihak asing . Hal ini lah yang paling ditakuti , akan tetapi ini merupakan tantangan bangsa pertiwi ini dalam memerangi itu semua . Diperlukan strategi-strategi khusus dari perbaikan birokrasi yang ada sehingga dapat menjadi benteng pertahanan dalam melindungi kepentingan dalam negri tanpa harus meninggalkan pengaruh luar.
Pada intinya dengan tingginya tingkat kualitas infrastruktur dan tenaga kerja hal yang dianggap hambatan dapat diatasi . Negara besar tidak akan mudah dimainkan oleh Negara yang kecil jika semua bersinergi membangun bangsa tanpa harus mengancam kedaulatan Negara lain. Negara besar kan mudah  memainkan Negara kecil jika semua dapat mengedepankan ideology dan bersikap tegas dan tegap didepan mata dunia.Jadikan AEC  sebuah tantangan yang harus dilewati bukan dijadikan tantangan yamh harus ditakuti. 

0 komentar

AEC, Sebuah Solusi atau Misi ?

AEC, Sebuah Solusi atau Misi ? 

Oleh :

Abdullah Rosyid Wicaksono
Komisariat FE

Tidak terasat tinggal menghitung hari lagi kita akan memasuki tahun 2015. Dan saat itu pula gerbanf AEC ( Asean Economic Community) akan terbuka.
Perlu kita sadari, saat AEC sudah diberlakukan , para investor asing akan sangat mudah untuk menanamkan sahamnya di Indonesia. Inilah yang menjadi alasan pemerintah menyetujui AEC, agar perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat bahkan samapai 7 % angka pertambahannya.
Saat kita melihat tujuan di berlakukanya AEC adalah agar menyamaratakan keadaan dan perkembangan ekonomi sebuah Negara. Mulai dari segi produksi, pemasaran, hingga harga jual masing-masing Negara. Padahal juka kita melihat masing-masing Negara di ASEAN, disana masih terlihat jelas disparitas antar negra.
Namun, sebelum kita membicarakan masalah keadaam masing-masing negra di AEAN, menurit saya perlu bagi kita untuk melihat keadaan di dalam Negara kita sendiri.
Pertama, jika kita melihat Indonesia pasti yang terpikir adalah Negara yang berpulau-pulau . Nah, jika kita membahas keadaan ekonomi masing-masing regional/ pulau , masih terlihat jelas disparitas antar regional/pulau terutama disektor pembangunan infrastruktur daerah, sehingga menyebabkan ketimpangan harga-harga barang antar daerah. Lalu saat Indonesia masih sulit untuk menghilangkan disparitas antar daerahnya , bagaimana mungkin Indonesia menyetujui AEC yang bertujuan untuk menghilangkan disparitas antar Negara AEC?
Kedaua, saat investor asing mulai menanamkan sahamnya di Indonesia, tentu akan banyak bermunculan perusahaan –perusahaan asing dari berbagai sector . Sudah barang tentu, saat banyak perusahaan asing muncul , maka data saing perusahaan di Indonesia akan semakin tinggi sehingga banyak perusahaan yang akan kalah dipasaran bahkan bangkrut . Lantas apa upaya pemerintah untuk menyiapkan para tenaga kerja Indonesia agar bisa survive menghadapi persaingan yang sangat banyak,yang kita lihat pemerintah hanya focus terhadap pembangunan infrastruktur daerah tanpa membenahi sumber daya manusia di daerah.
Kalau kita melihat dua kondisi , ada pertanyaan yang muncul dibenak saya . Apakah AEC adalah sebuah solusi untuk Negara-negara berkembang dan diambang kemiskinan atau sebuah misi Negara-negara atau oknum-oknum yang ingin memanfaatkan situasi AEC ?  

0 komentar

MEMBIDIK PELUANG BAGI KITA (MAHASISWA) MENJELANG DIBERLAKUKANNYA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

MEMBIDIK PELUANG BAGI KITA (MAHASISWA) MENJELANG DIBERLAKUKANNYA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)
Oleh :
MUHAMMAD HELMI FALAH

ASEAN economic community (AEC) yang berlakunya tertanggal 31 Desember  2015, hamper 1 tahun tepat dari sekarang ini merupakan suatu program bagi Negara-negara ASEAN untuk lebih meningkatkan kualitas ekonomi khususnya perdagangan agar menjadi sebuah akses yang lebih mudah seperti menerapkan penghapusan bea masuk (free trade area) untuk mewujudkan sebuah single market, terlepas dari pandangan “pesimis” orang akan kebijakan ini, saya berusaha memaparkan perspektif peluang siap tidak siap kita harus siap karena kebijakan ini telah disepakati.
Kawasan AEC diarahkan menjadi suatu kawasan ynag kompetitif secara ekonomi dengan tingkat kemajuan yang merata serta terintegrasi penuh ke system ekonomi global. Dlam artian perdagangan ini berarti semua barang dapat diperdagangkan dari suatu  Negara ke Negara lain dikawasan ASEAN tanpa tarik bea cukai sama sekali dan setiap pengusaha dapat menanamkan modalnya dimana saja.
Pertanyaan besar yanmg timbul dari akan diberlakukannya system perdangangan AEC adalah siapa ‘’kelompok” yang paling banyak terkena dampak dari diberlakukannya system perdangan dalam AEC ini? Tentunya Mahasiswa dan pengusaha serta para pekerja swasta , Logikannya , mahasiswa –lah orang yang akan melanjutkan estafet perjuangan ekonomi, dan satu lagi , karena para pekerja non swasta atau yang lebih sering kita sebut dengan PNS telah memiliki asunransi untuk tetap survive. Dan apakah kita sebagai mahasiswa akan berprofesi sebagai PNS ? tentu tidak, tidak semua dari kita menginginkan bekerja sebagai PNS.
Apa peluang kita sebagai mahasiswa yang nantinya ketika sudah diberlakukannya system perdangangan AEC dapat survive. Saya menggaris bawahi frase ‘’Semua barang dapat diperdagangankan dari suatu Negara ke Negara lain dikawasan ASEAN tanpa tariff bea sama sekali’’. Biaya pemasaran akan lebih murah asalkan kita mampu meningkatkan atau minimal menstabilkan nilai tukar uang kita.
Bagaiaman deengan ekonomi kreatif ? Banyak sector kreatif Indonesia yang telah terkenal memiliki kualitas sangat baik yang dalam proses produksinya sangat sedikit biaya pembuatannya tetapi memiliki nilai jual yang cukup tinggi, dan dengan diberlakukannya system ekonomi AEC produk ini daoat dipasarkan ke segala wilayah ASEAN tanpa biaya culai sama sekali, ini sungguh peluang baik bagi kita calon penerus bangsa.
Pamor Industri kreatif sebagai sector strategis dalam perekonomian kian meningkat dalam 5 tahun terakhir . Setelah pada tahun 2006 mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produk domestic bruto (PDB) Indonesia yakno sebesar 104,8 Trilyun rpiah atau dari total PDB.
Generasi ,uda selalu indentik dengan daya imajinasi , kreatifitas serta selalu ingin mengekspresikan dirinya agar mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Tidak heran apabila bidang usaha yang dipilih selalu berkaitan dengan bidang yang mampu menjadi wadah mencurahkan ekspresi dan kreatifitasnya seperti bidang fashion, kerajinan dan kuliner, contoh kongkritnya hebatnya industry kreatif di Indonesia dalam sector fashion adalah banyaknya clothing-an Indonesia yang popular di luar negri , salah satu contohnya adalad brand fashion ternama di Indonesia yaitu peter says denim, hamper semua dari kita mengethuinya , dan masih banyak produk industry kreatif yang menjajaki pasar Internasional. 
Kita ( mahasiswa ) dapat memulai perjalanan dijalan alternative ini, tentunnya dengan teknik pemasaran yang lebih baik dan sesuai dengan  passion kita agar mencapai hasil yang maksimal. Mengapa harus kita? Kita sebagai generasi muda mempunyai kekuatan dan kemampuan yang sedang menggebu –gebu , masalah pengalaman tentu akan terbangun sendiri seiring berjalannya waktu sedangkan generasi tua memiliki pengalaman dengan kekuatan dan kemampuan yang relative lebih kurang dibandingkan generasi tua akan terus berkurang , generasi muda dapat mengambil pengalaman generasi tua dari akan melengkapi sukses perjuangan mereka.
Ekonomi kreatif menyonsong AEC merupakan sakah satu jalan alternative yang cerdas.  
Alamat Sekretariat:Jl. Pawiro Kuwat 187 B(Selatan Kampus FE UII) Condong Catur,Sleman Yogyakarta Indonesia
 
;