Pengurus HMI MPO Komisariat FE UII

" Ketua Umum : Idham Hamidi Sekretaris Umum : M.Arief Sukma Aji Wakil Sekretaris Umum : Geladis Fertiwi Bendahara Umum : Dovy Pradana Purnamawulan Kanit Keislaman : Agus Faryandi Kanit Pelatihan : Mujahid Musthafa Kanit Kajian dan Penlitian : Firzan Dwi Chandra Kanit Kewirausahaan : Muhammad Yadin Kanit PTKPJ : Teguh Hardityo Baskoro Kanit Pers dan Media Informasi : Egy Prastyo
Senin, 31 Januari 2011 0 komentar

Penutupan Senior Course Ke-82 HMI Cabang Yogyakarta

Yogyakarta, 30 Januari 2011

           Hujan yang turun pada malam ini tidak menghalangi "panitia" untuk tetap menyelenggarakan upacara penutupan kegiatan Senior Course Ke-82 HMI Cabang Yogyakarta di Menara Hikmah. Meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB, penutupan ternyata tetap saja dihadiri oleh banyak kader HMI dari beberapa komisariat. 
         Malam ini juga, Surat Keputusan Penetapan Kelulusan Peserta SC dibacakan oleh Mbak Suryanti, salah satu pemandu. SK Nomor: Istimewa/KPTS/A/02/1432 berisikan keputusan tentang kelulusan kedua belas peserta SC berdasarkan evaluasi tim pemandu. Ada dua orang yang lulus dengan persyaratan lima kali melaksanakan tugas kepemanduan, lima orang lulus dengan persyaratan tugas enam kali, dua orang lulus dengan tugas tujuh kali memandu, dua orang lagi dengan syarat delapan kali memandu, dan satu orang yang lain dibebani tugas sembilan kali tugas memandu.
           Pembacaan ikrar pengader dipimpin oleh Awaluddin, yang diikuti oleh kedua belas peserta. Ketua Korps Pengader yang akrab disapa Bang Awal juga memberikan sambutan yang isinya mengajak kita untuk mengikhlaskan diri dalam menjalankan perjuangan bagi HMI ke depan. Dari formaturiat HMI Cabang Yogyakarta pun ada harapan tersendiri, agar setelah kegiatan SC ini terlaksana, ada perubahan yang nyata dalam HMI. Dalam sambutannya ini, Pak Wahid juga mengungkapkan, "Pengader tidak hanya berorientasi pada tugas kepemanduan, tapi juga pemimpin, pendidik, dan pejuang", yang kemudian dilanjutkan dengan lafadz alhamdulillah sebagai tanda kegiatan Senior Course Ke-82 ini resmi ditutup (*UF).
Jumat, 28 Januari 2011 0 komentar

SC dalam Mimbar Balada

ya...dan udara dingin semakin merebak jauh ke dalam kulit
mencoba menusuk dan mengganggu konsentrasi
tegukan kopi mengalir dengan penuh kenyamanan di kerongkongan yang sempit...-mungkin-

dan ternyata tidak
aliran kopi yang menyatu dengan asam lambung itu tidak mencegah kantuk
bahkan bukan kopi
tapi jejak pikiran dalam dialektika kawan-kawan yang membuat tetap teguh berpikir dalam ruang temaram
tapi semangat keikhlasan yang menguatkan tubuh untuk terus tegap dalam dinamis pendidikan

dan satu lagi, kawanku
bahwa mereka bukan terpaksa melangkah kemari...-insya ALLAH-
bahwa mereka bukan atas dasar delegasi formal menapakkan niat kesini...-insya ALLAH-
setidaknya dinginnya embun ikhlas menyirami batin mereka
sebelum berjalan kesini, sebelum berproses disini (*UF)
0 komentar

Serba-Serbi Senior Course Ke-82 HMI Cabang Yogyakarta

Yogyakarta, 28 Januari 2011
Matahari yang hangat dan udara pagi yang masih segar menemani kami, para “panitia dadakan” kegiatan Senior Course HMI Cabang Yogyakarta ke-82 saat menyiapkan hidangan makan pagi bagi peserta SC (Senior Course-red). Sayur bayam dan wortel tumis menjadi menu pagi ini. Hidangan sederhana yang diharapkan bisa menjadi cadangan energi  bagi peserta SC nanti, saat mereka menerima materi pendidikan pengader.
Tidak melulu kami para panitia ini bekerja dengan muka masam, berpikir serius dan panik. Canda tawa dan guyonan ringan menjadi salah satu cara untuk menjadikan kerja kami lebih ringan dan asyik. Ada saja yang bisa kami jadikan bahan guyonan, mulai dari wortel yang masih keras, namun bayam yang menjadi campuran tumisan sudah matang, kemudian cara seorang kawan menanak nasi yang “diluar kebiasaan”. Bahkan dana konsumsi yang semakin menipis pun, kami jadikan bahan tertawaan. Apa lagi yang bisa kami lakukan selain menertawakan segala kekurangan, daripada menjadikannya sebagai beban pikiran, yang nantinya justru membuat pekerjaan terasa berat.
Kebersamaan begitu terasa di ruangan serba hijau ini, tidak ada susunan kepanitiaan formal, yang ada hanya tanggungjawab dan keikhlasan untuk saling membantu melancarkan kegiatan SC ini. Bahkan peserta yang berasal FE UII pun, bersedia dimintai bantuannya mempersiapkan beberapa keperluan dapur. Tidak hanya itu, Bang Awaluddin saja, salah seorang pemandu, membantu kami menanak nasi untuk hidangan berbuka puasa sore kemarin. Kebetulan, para peserta sedang menjalankan puasa sunnah, dan waktu berbuka sudah dekat, teman-teman yang lain sedang tidak ada di lokasi.
Pagi ini, teman-teman peserta bersama pemandu melaksanakan ice breaking di stadion Maguwoharjo, dekat lokasi kegiatan SC. “Oh…sangat-sangat menyegarkan”, ujar Nanang Dwi Destian, salah satu peserta SC yang terlihat bersemangat. “memberi dampak kebugaran”, tambahnya. Mini outbond, mini tadabur alam, Amir dan Nanang menyebutnya. Sehari sebelumnya, mereka juga jalan pagi, sambil menghafalkan ayat Al Qur’an, mereka mengambil sebuah benda apapun yang mereka temukan selama perjalanan. Barang-barang tersebut kemudian disimpan oleh Bang Iqbal, salah seorang pemandu. Dan hari ini tadi, mereka diminta untuk menjelaskan alasan kenapa mereka mengambil benda tersebut. Hal ini bermaksud agar peserta memahami bahwa dalam hidup ini memiliki keterkaitan yang erat antar satu dengan yang lainnya.
Mengenai kesan peserta selama ikut Senior Course kali ini, Raja Rizki mengungkapkan, “Pemaknaan tentang HMI seharusnya saya tahu lebih dalam, saya harus lebih meluruskan niat saya di HMI”. Ada lagi kesan yang lain, “Asik aja, soale ketika disini aku dapatkan pengetahuan baru tentang HMI, yang sesuai dengan bidang kuliahku, bidang pendidikan”, kata Vita, salah satu peserta SC yang berasal dari HMI Cabang Wonosobo. Kalau menurut Deasy, “Aku seneng banget disini, makanannya enak-enak bo”, ujarnya penuh canda.  Deasy termasuk salah satu peserta dari luar Yogyakarta, yakni cabang Semarang.
Saat ditanya apa yang akan dilakukan setelah ikut SC, “Mandu”, jawab Abdullah Amir tegas. “mencoba menjadi contoh, menjadi tauladan, dan yang terakhir pendampingan terhadap kader”, tambahnya lagi, sambil memetik gitar di tengah terpaan cahaya matahari. Dengan pertanyaan yang sama, Rangga Permata menjawab lain, “Ada bentuk konkretnya dulu”, ia mencoba untuk diplomatis (*UF).
0 komentar

Senior Course Ke-82 HMI Cabang Yogyakarta


Yogyakarta, 28 Januari 2011

HMI MPO Cabang Yogyakarta bekerjasama dengan HMI MPO FE UII  mengadakan Senior Course Ke-82 (SC 82) dengan tema "Keikhlasan Pengader Untuk Menjaga Nilai-Nilai Perjuangan HMI" , yang berlangsung pada 25-31 Januari 2011 di Menara Hikmah, kompleks  Pondok Pesantren Daaru Hiraa', Yogyakarta. Acara yang pembukaannya dilaksanakan 25 Januari 2011 malam lalu ini, dimaksudkan untuk menjaga eksistensi HMI dalam dunia kemahasiswaan. Pendidikan Pengader ini diikuti oleh 13 peserta yang berasal dari beberapa komisariat. Dan ada dua orang kader HMI yang berasal dari luar Yogyakarta, yakni dari HMI Cabang Wonosobo dan HMI Cabang Semarang. Beberapa materi di SC ini ditujukan untuk mempersiapkan para peserta untuk menjadi pengader HMI selanjutnya, penerus perjuangan pengader yang sekarang. Maka ada beberapa materi penting terkait dengan pendidikan di dalamnya, antara lain Filsafat Pendidikan, Pendidikan Orang Dewasa, serta Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum Pelatihan, ditambah lagi simulasi menjadi pengader dan pemateri. Yang tidak kalah penting, di SC ini mereka juga diberikan materi aplikasi nilai-nilai Khittah Perjuangan. Pemateri berasal dari orang-orang yang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing, baik pendidikan kampus, HMI, filsafat, dan sebagainya. Seperti beberapa diantaranya Cak Sun (Maksun), Pak Ahmad Dardiri, Said Tuhuleley, dan Zubair. Dan yang menjadi pemandu dalam SC ini antara lain: Iqbal Hafidz Hakim, Mohammad Awaluddin, Suryanti, dan Fathnan Faridl (Ahmed Zahri, *UF).
Kamis, 06 Januari 2011 0 komentar

Tak Ada Judul

 Yogyakarta, 3 Januari 2011

Hari ini merupakan hari ketiga di tahun yang baru, 2011. Hujan deras menemani. Menghabiskan waktu di perpusatakaan kampus sudah bukan menjadi hal yang baru bagiku. Jangan salah sangka, aku tidak membunuh waktuku dengan membaca salah satu atau dua buku yang berderet dan berbaris rapi di sana. Aku hanya mencoba berinteraksi dengan  rekan sejawat di dunia maya (chatting – red) melalui fasilitas yang disediakan kampus. Mumpung gratis. Sebuah prinsip ga mau rugi oleh seorang mahasiswa ekonomi yang meresapi ilmu ekonomi yang didapatnya di bangku kuliah. Di tengah perbincanganku (melalui facebook chat tentu saja), seorang teman memintaku dengan penuh harap dan berlutut serta binar air mata (maaf…terlalu lebay) untuk menulis di blog milik organisasi yang mempertemukanku dengan teman tersebut. Ku bertanya padanya tentang ragam tulisan yang akan kuberikan. Ternyata, curcol (curhat colongan) pun ia bolehkan. Katanya, ini untuk memancing teman-teman kader agar aktif menulis. Kader? Sebutan untuk anggota HMI, spesifik lagi HMI Komisariat FE UII. Sudah lama ku ingin menulis sesuatu tentang organisasi ini. Mungkin saja ini merupakan saat yang tepat.

HMI, sebuah singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam, organisasi yang aku tekuni sejak kurang lebih lima tahun yang lalu. Bermula dari spanduk Training Perbankan Syariah (saat itu belum banyak yang mengadakan kegiatan sejenis) yang terpampang di pagar depan kampus. Di bagian kiri spanduk itu bercokol sebuah lambang berbentuk perisai berwarna hijau-hitam dengan bulan sabit dan bintang serta tulisan yang berwarna putih. Singkat cerita, “terjebaklah” aku di dalam organisasi tersebut. Tidak ada ajakan ataupun paksaan sebenarnya, namun di antara beberapa pilihan organisasi aku lebih condong ke situ. Karena masa-masa itu ada isu-isu di beberapa organisasi kampus yang ga sreg di hati. Tapi tidak dengan organisasi ini. Hmm… setidaknya belum sampai ke  telinga ku.

Banyak liku dalam kehidupanku berorganisasi. Saat pertama menjadi kader, sering timbul dan tenggelam dalam kegiatan sudah menjadi makanan sehari-hari. Boleh dikata aku adalah kader yang tidak aktif. Sedikit malu sebenarnya untuk dituliskan dan dibagi kepada teman-teman semua. Tapi itulah makna dari sebuah proses. Apa sebenarnya yang ingin kutulis? Rasa-rasanya kok aku curhat di tempat yang tak tepat. Bukanlah curhat semata yang ingin kubagikan untuk teman-teman semua. Tapi, mudah-mudahan tulisan ini dapat menginspirasi siapapun yang membacanya, khususnya adik-adikku yang saat ini sedang berproses di dalam dinamika hijau hitam ini.

Kalau boleh jujur, aku adalah orang yang pemalu dan pendiam. Teringat di hari-hari terakhir Latihan Kader I. Ketika itu aku diberi kesempatan untuk melakukan kultum selepas ibadah maghrib. Mungkin para pemandu “melihat” bakatku untuk tidur dan diam selama pelatihan dilaksanakan. Aku yang tak terbiasa berbicara di depan umum, cuma bisa cengar-cengir atau malah ketawa sendiri. Kalaupun ngomong, hasilnya ngalor ngidul doank. Ga jelas apa inti permasalahan yang ingin kubicarakan. Tapi di sanalah aku belajar bicara di depan publik (walau cuma beberapa orang sudah pantas disebut publik hehehe), di “rumah kita” aku belajar menganalisa. Analisa khas mahasiswa yang lebih cenderung beropini. Di situlah, di komisariat, aku bertemu orang-orang hebat. Tempatku untuk bersosialisasi serta mengeluarkan pendapat. Dan yang pasti merupakan tempat bagiku untuk belajar kehidupan.
Ahmad Dahlan pernah berkata, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Ungkapan tersebut sangat pantas untuk diterapkan di komisariat kita. Seniorku dulu juga pernah berkata demikian. Memang ga ada untung kalo mencari kehidupan di komisariat, yang ada malah buntung. Akan tetapi, jadikan dinamika di komisariat sebagai pembelajaran dan yakin suatu saat akan bermanfaat. Yakin usaha sampai. Saat ini, meski belum keluar dari kampus, aku merasakan betul tempaan dari komisariat. Sama seperti dulu, apa yang sedang kubicarakan (kali ini ditulis) tak pernah menyentuh inti. Tetap ngalor ngidul. Tapi ada yang berbeda. Kali ini, tulisanku sudah melebihi 500 kata dalam waktu yang relatif singkat. Sadarilah, inilah manfaat dari sekelumit masalah dalam berdinamika di komisariat. Dan kembali ke konteks tulis menulis (khususnya di blog), dunia kepenulisan bagiku merupakan media beraktualisasi diri (bukan Media Arief Rizqi loh), tempatku menuangkan ide bahkan curahan hati. Jadi jangan takut untuk memulai. Jangan khawatir mengenai tata bahasa yang rumit. Jangan khawatir untuk dikritik. Menulislah sekarang! Biarkan “pena”mu bebas menari!

-Mochammad Reza-
kader HMI MPO FE UII
   
Senin, 03 Januari 2011 0 komentar

EXPO HMI MPO FE UII 2010












0 komentar

Setitik Mukadimah Tentang Feminisme

Sejarah

  • Setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki di hadapan hukum. Pada 1785 fperkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda.
  • Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837.Pergerakan yang berpusat di Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill, "Perempuan sebagai Subyek" ( The Subjection of Women) pada tahun (1869).Perjuangan mereka menandai kelahiran feminisme Gelombang Pertama.
  • Pada awalnya gerakan ditujukan untuk mengakhiri masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (maskulin) dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik khususnya - terutama dalam masyarakat yang bersifat patriarki. Dalam masyarakat tradisional yang berorientasi Agraris, kaum laki-laki cenderung ditempatkan di depan, di luar rumah, sementara kaum perempuan di dalam rumah. Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropa dan terjadinya Revolusi Perancis di abad ke-XVIII yang merambah ke Amerika Serikat dan ke seluruh dunia.
  • Adanya fundamentalisme agama yang melakukan opresi terhadap kaum perempuan memperburuk situasi. Di lingkungan agama Kristen terjadi praktek-praktek dan kotbah-kotbah yang menunjang hal ini ditilik dari banyaknya gereja menolak adanya pendeta perempuan, dan beberapa jabatan "tua" hanya dapat dijabat oleh pria.
  • Pergerakan di Eropa untuk "menaikkan derajat kaum perempuan" disusul oleh Amerika Serikat saat terjadi revolusi sosial dan politik. Di tahun 1792 Mary Wollstonecraft membuat karya tulis berjudul "Mempertahankan Hak-hak Wanita" (Vindication of the Right of Woman) yang berisi prinsip-prinsip feminisme dasar yang digunakan dikemudian hari.
  • Pada tahun-tahun 1830-1840 sejalan terhadap pemberantasan praktek perbudakan, hak-hak kaum prempuan mulai diperhatikan dengan adanya perbaikan dalam jam kerja dan gaji perempuan , diberi kesempatan ikut dalam pendidikan, serta hak pilih.
  • Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa.Perempuan di negara-negara penjajah Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai keterikatan (perempuan) universal (universal sisterhood).
  • Pada tahun 1960 munculnya negara-negara baru, menjadi awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dan selanjutnya ikut ranah politik kenegaraan dengan diikutsertakannya perempuan dalam hak suara parlemen. Gelombang kedua ini dipelopori oleh para feminis Perancis seperti Helene Cixous (seorang Yahudi kelahiran Aljazair yang kemudian menetap di Perancis) dan Julia Kristeva (seorang Bulgariadekonstruksionis, Derrida. Dalam the Laugh of the Medusa, Cixous mengkritik logosentrisme yang banyak didominasi oleh nilai-nilai maskulin. yang kemudian menetap di Perancis) bersamaan dengan kelahiran
  • Banyak feminis-individualis kulit putih, meskipun tidak semua, mengarahkan obyek penelitiannya pada perempuan-perempuan dunia ketiga seperti Afrika, Asia dan Amerika Selatan.
     
TOKOH DALAM FEMINISME

1. Foucault
Meskipun ia adalah tokoh yang terkenal dalam feminism, namun Foucault tidak pernah membahas tentang perempuan. Hal yang diadopsi oleh feminism dari Fault adalah bahwa ia menjadikan ilmu pengetahuan “dominasi” yang menjadi miliki kelompok-kelompok tertentu dan kemudian “dipaksakan” untuk diterima oleh kelompok-kelompok lain, menjadi ilmu pengetahuan yang ditaklukan. Dan hal tersebut mendukung bagi perkembangan feminism.
2. Naffine (1997:69)
Kita dipaksa “meng-iya-kan” sesuatu atas adanya kuasa atau power Kuasa bergerak dalam relasi-relasi dan efek kuasa didasarkan bukan oleh orang yang dipaksa meng “iya”kan keinginan orang lain, tapi dirasakan melalui ditentukannya pikiran dan tingkah laku. Dan hal ini mengarah bahwa individu merupakan efek dari kuasa.
3. Derrida (Derridean)
Mempertajam fokus pada bekerjanya bahasa (semiotika) dimana bahasa membatasi cara berpikir kita dan juga menyediakan cara-cara perubahan. Menekankan bahwa kita selalu berada dalam teks (tidak hanya tulisan di kertas, tapi juga termasuk dialog sehari-hari) yang mengatur pikiran-pikiran kita dan merupakan kendaraan untuk mengekspresikan pikiran-pikiran kita tersebut. Selain itu juga penekanan terhadap dilakukanya “dekonstruksi” terhadap kata yang merupakan intervensi ke dalam bekerjanya bahasa dimana setelah melakukan dekonstruksi tersebut kita tidak dapat lagi melihat istilah yang sama dengan cara yang sama.

the references are taken from:  
Rosemarie Phutnam Tong. 1997. Feminist Thought : A Comprehensive Introduction. USA : Westview Press

Alamat Sekretariat:Jl. Pawiro Kuwat 187 B(Selatan Kampus FE UII) Condong Catur,Sleman Yogyakarta Indonesia
 
;