Pengurus HMI MPO Komisariat FE UII

" Ketua Umum : Idham Hamidi Sekretaris Umum : M.Arief Sukma Aji Wakil Sekretaris Umum : Geladis Fertiwi Bendahara Umum : Dovy Pradana Purnamawulan Kanit Keislaman : Agus Faryandi Kanit Pelatihan : Mujahid Musthafa Kanit Kajian dan Penlitian : Firzan Dwi Chandra Kanit Kewirausahaan : Muhammad Yadin Kanit PTKPJ : Teguh Hardityo Baskoro Kanit Pers dan Media Informasi : Egy Prastyo
Minggu, 20 Mei 2012

Sejarah

Sejarah, Pemikiran dan Gerakan HMI Serta Relevansinya

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang perkaderan dan perjuangan. HMI sendiri dideklarasikan oleh Lafran Pane pada tanggal 5 Februari 1947 di sebuah ruang kelas di Sekolah Tinggi Islam (STI) yang saat ini berubah nama menjadi Universitas Islam Indonesia. (QS. Ali Imron:104) Menyeru kepada kebaikan/Islam dan mencegah kemungkaran adalah kewajiban setiap muslim. Maka HMI sebagai organisasi yang bercirikan Islam merupakan alat untuk mengajak kepada kebaikan wajib pula ada.
Situasi politik yang mencekam pada saat itu dan beberapa aspek-aspek lain seperti pendidikan, pemerintahan, hukum, ekonomi, kebudayaan yang ikut turut andil dalam kondisi konstelasi perpolitikan Nasional pada masa itu, sehingga membentuk pemikiran untuk mendirikan HMI. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaam Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dalam aktivitasnya tidak memperhatikan kepentingan mahasiswa beragama Islam. Dengan tidak tersalurnya aspirasi keagamaan mayoritas mahasiswa di Yogyakarta merupakan alasan kuat bagi mahasiswa yang beragama untuk mendirikan organisasi mahasiswa sendiri terpisah dari PMY. Gerakan untuk memunculkan sebuah organisasi mahasiswa Islam untuk menampung aspirasi mahasiswa akan kebutuhan pengetahuan, pemahaman, penghayatan keagamaan yang aktual muncul di akhir November 1946 secara organisatoris di awal Februari 1947 dengan berdirinya HMI.
Dalam perjalanannya HMI menghadapi berbagai problematika yang acap kali hadir dalam eksistensinya, mulai dari berdiri hingga saat ini. Ada berberapa fase yang dijalani HMI selama masa perjuangannya, seperi fase konsolidasi spiritual dan proses berdirinya serta pengokohan HMI, (1946-1947). Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan, serta menghadapi penghianatan PKI, (1947-1949). Fase pembinaan dan pengembangan organisasi, (1950-1963). Fase tantangan, dimana pada fase ini dendam kesumat PKI terhadap HMI. Menempatkan HMI sebagai organisasi yang harus dibubarkan karena dianggap sebagai penghalang bagi tecapainya tujuan PKI. Sementara itu HMI berhasil mengadakan konsolidasi organisasi, dimana HMI tampil sebagai organisasi yang meyakinkan (1963-1966). Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor kebangkitan angkatan '66 (1966-1968). Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969-sekarang). Fase kebangkitan intelektual dan pergolakan pemikiran (1970-1994). Fase Reformasi (1995-sekarang) Secara historis sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan dan kritik kepada pemerintah. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontatif.
Melihat sejarah perjuangannya, HMI membawa nilai-nilai perjuangan yang harus tetap dipertahankan hingga saat ini. Namun pada realitas saat ini, cita-cita HMI yang sejatinya terinternalisasi kedalam diri tiap-tiap kader HMI masih saja kurang. Baik pemahaman akan konstitusi, sejarah, maupun etos perjuangan HMI. Pemahaman akan sejarah HMI hanya dipahami saat berdirinya saja, namun untuk pemahaman akan sejarah perjuangan yang masih bisa dikata kurang. Bahkan ironisnya kader-kader HMI tidak mengetahui tujuan HMI yang telah tertuang didalam konstitusi. Pasalnya banyak kader HMI yang tidak memiliki konstitusi yang merupakan pedoman dasar perjuangan HMI. Bahkan kader-kader HMI selalu mengkritik HMI, namun dia sendiri tidak paham akan HMI secara mendalam. HMI tidak bisa dipahami dari kulitnya saja, namun harus dipahami secara mendalam hingga ke akar-akarnya. Kritik yang dilontarkan karena hanya meilhat satu sisi hanya akan memberikan argumentasi yang parsial. Nilai-nilai yang tertuang baik secara implisit dan eksplisit harus dijunjung tinggi oleh kader-kader HMI.
Estafet perjuangan sejatinya merupakan tanggung jawab yang diemban setiap anggota atau kader organisasi, baik itu HMI atau bukan guna eksistensi organisasi itu sendiri. Keberlangsungan nyawa organisasi semua berada di tangan kader-kader organisasi terakit. HMI bisa besar hingga saat ini semua karena kepedulian kader akan HMI.

Oleh : Rendy Pradana Hamidjaya

0 komentar:

Posting Komentar

Alamat Sekretariat:Jl. Pawiro Kuwat 187 B(Selatan Kampus FE UII) Condong Catur,Sleman Yogyakarta Indonesia
 
;