Berkubang di Dalam RAK

Bagaikan mengulang tradisi yang sebelumnya. Hingga pukul setengah dua belas siang, kuorum RAK tidak terpenuhi, bahkan ketika pembahasan tata tertib sidang sudah memasuki Bab VIII pasal 9 ayat 2. Akhirnya, pimpinan sidang, Deni memutuskan untuk pending sidang hingga ba'da dzuhur.  Beberapa kader mengerahkan pulsa dan bensin untuk menghubungi, hingga menjemput peserta sidang, dan pengurus. Di ruangan dingin ini, keputusan diambil dengan jumlah peserta sidang yang terbatas, pengurus yang ada di ruangan hanya dua orang. Sedikit memperihatinkan. Apalagi ketika melihat salah seorang kawan, terlihat begitu emosional dan berapi-api untuk menyentil kader-kader tercinta yang tidak hadir dalam forum tertinggi komisariat ini.
Semua hanyut dalam pembahasan draft-draft istimewa ini, semua menikmati kebingungan, kemarahan, tawa, dan canda. Segelas teh, sepiring snack, sejumput kertas, dan setitik tinta berada di atas meja coklat berbarengan akur dengan adu retorika.
Menjelang pukul dua siang, belum banyak peserta yang hadir, menunggu menjadi sebuah rutinitas yang kemudian terulang kembali. Sesungguhnya semua optimis, bahwa mereka pasti datang dengan cinta. Cinta pada komisariat. Cinta untuk mempertanggungjawabkan kepengurusan mereka. Dan cinta dengan regenerasi ke depan (*UF)