IMPROVE YOURSELF
Oleh: M. Najib Murobbi
Bismillahirrahmanirrahim..
Hari begitu
cepat melewati langkah-langkah hari sebelumnya seperti udara yang berhembus
melewati semua sudut-sudut yang ada di muka bumi tanpa kita rasakan. Mayoritas
kita sebagai manusia hanya sekedar merayakan awal yang baru, hari yang baru,
waktu yang baru tanpa kita berintropeksi atas aspek-aspek perbuatan kita
sebelumnya. Kita bahkan sangat sedikit yang memikirkan atau mempercayai akan
sesuatu hal yang pasti tetapi belum terjadi. Akan tetapi kita terlalu percaya
dengan hal-hal yang belum tentu terjadi. Contohnya saja ketika saya berada di
Yogyakarta pernah ada isu akan meletusnya gunung Merapi, semua masyarakat
Yogyakarta dari semua wilayah serentak melarikan diri mengemas barang-barang mereka.
Coba kita
lihat dari kisah yang sangat sederhana sekali, kisah di atas hanya sekedar isu
dan opini, betapa gelisahnya mereka yang hanya sekedar isu. Coba kita lihat ke
arah fakta Al-qur’an yang mempunyai isi tidak diragukan lagi kebenarannya.
Seperti contoh, surat Al-baqarah ayat 1,”Dzalikal
kitaabu laa raiba fiih”. Dalam ayat tersebut sudah sangat jelas maksud dan
artinya, mungkin kita sebagai orang yang awam bisa mengetahui maksud dan arti
ayat tersebut. Akan tetapi mengapa kita sedikit sekali yang mempercayainya,
melaksanakannya, membenakannya, bahkan kita meremehkannya dan yang lebih dari
itu kita sangat jarang membacanya. Dalam kitab Sullamu At-taufiq, bahwasannya
salah satu maksiat lisan adalah salah membaca Al-qur’an dan yang namanya
maksiat itu sangat luasdan mungkin kita sering melakukannya entah kapan kita
merasakannya.
Saya pernah
membaca suatu buku yang salah satunya adalah hadist Rasululahi sallahu a’laihi
wasallama, yang berbunyi: diriwayatkan dari Anas ibnu Malik bahwa Rasulullah
bersabda,”Di akhir zaman nanti umatku terbagi menjadi tiga kelompok, satu
kelompok beribadah kepada Allah dengan ikhlas, satu kelompok beribadah kepada
Allah untuk pamer, dan kelompok ketiga beribadah kepada Allah agar orang lain
memberinya makan. Saat Allah mengumpulkan mereka pada hari kiamat. Allah
bertanya kepada kelompok yang beribadah agar diberi makan oleh orang lain,
“Demi kemuliaan dan keagungan-Mu, kami beribadah agar orang lain memberi
makan”, Allah berfirman, “Semua yang kalian kumpulkan tidak akan bermanfaat “.
Dia lalu berseru, “Giringlah mereka semua ke neraka!”.
Allah
bertanya kepada kelompok yang beribadah untuk pamer, “Demi kemuliaan dan
keagungan-Ku, apa tujuan kalian beribadah kepada-Ku?”. Mereka menjawab, “Demi
kemuliaan dan keagungan-Mu, kami beribadah pada-Mu karena ingin dipuji
manusia”.Allah berfirman, “Tidak satupun ibadah kalian yang kuterima”. Dia berseru,
”Giringlah mereka semua ke neraka!”.
Allah
bertanya kepada kelompok yang beribadah dengan ikhlas, “Demi kemuliaan dan
keagungan-Ku, apa tujuan kalian beribadah kepada-Ku?”. Mereka menjawab, “Demi
kemuliaan dan keagungan-Mu, engkau lebih mengetahui tujuan kami. Kami beribadah
untuk megingat-Mu dan meraih ridha-Mu”. Allah berfirman, “Hamba-Ku benar”. Dia
lalu berseru, “Tuntunlah mereka ke surga!”.
Bahkan amal
yang sangat mulia termasuk syahid karena berperang di jalan Allah, bersedekah,
dan menuntut ilmu tidak berarti apa-apa jika semua kebaikan itu dilakukan
dengan niat yang disertai riya atau keinginan dipuji oleh orang lain. Maksud
hadist tersebut sangatlah jelas agar kita khususnya pengemban dakwah (Da’i)
agar menjauhkan diri dari sifat riya yang lebih identik dengan mengharap
sesuatu dari manusia yang hanya bersifat sementara.
0 komentar:
Posting Komentar