MARS
YANG BERMAKNA
Oleh: Agus Faryandi
Apa yang harus
diperbaiki di HMI..? jawabannya TIDAK ADA YANG PERLU DIPERBAIKI. Kalau kita
amati kembali, KHITTOH PERJUANGAN DAN KONSTITUSI sebenarnya sudah kompleks. Walaupun secara pribadi belum menguasai seluruh isi KHITTOH PERJUANGAN dan KONSTITUSI.
Yang perlu kita sadari dan pahami bahwa selama ini kita disibukkan tentang bagaimana dan apa yang terbaik untuk
negeri ini. Negeri ini dipimpin oleh manusia, manusia
memimpin Negara dengan ilmu dan hati yang dapat bersinergi. Jika manusia
memimpin negeri, tidak hanya
menggunakan otak tetapi juga
menggunakan hati. Maka yang terjadi adalah terciptanya masyarakat sejahtera,
aman dan damai. Jadi, sekarang
tinggal mengurus SDM-nya.
Pasang surut
semangat juang dari setiap kader,
perlu diasah kembali dengan apa..?? Merenungi
kembali bagaimana pendahulu kita memperjuangkan asas agar tetap murni tanpa
campur tangan pemerintah. Kita terlena dengan hiruk-pikuk kapitalisme yang
dibawa bangsa Asing ke tengah-tengah permasalahan Negara yang tak kunjung reda.
Sejak
awal masuk HMI, ada satu hal yang takkan pernah bisa saya lupakan, yaitu HYMNE DAN
MARS HMI. Mengapa demikian?? Pertama kali
mendengar dua lagu tersebut hati dan jiwa saya bergetar, terutama MARS HMI.
Lirik demi lirik saya coba untuk cermati, dan akhirnya saya pun hafal. Karena
ketertarikan terhadap MARS HMI, saya sebisa mungkin mengikuti kegiatan HMI yang
didalamnya menyanyikan HYMNE maupun MARS HMI.
Setiap
ada LK 1 saya coba datang walaupun sekedar untuk menyayikan dua lagu penting (bagi
saya pribadi). Beberapa pekan kemudian
saya sadar, dua lagu tersebut sanga erat akan
makna, terutama MARS HMI. Setiap alinea
memiliki makna yang berbeda. Di alinea kedua disebutkan “HIJAU KETEGUHAN IMAN,
HITAM KEDALAMAN ILMU, PUTIH KETULUSAN AMAL, DI BAWAH NAUNGAN ILAHI..” pada
alinea keempat “IMAN PERINSIP ABADI, ILMU BEKAL YANG HAQIQI, AMAL KENDARAAN
DIRI, MENUJU RIDLO ILAHI..” kalau kita cermati disana ada kata-kata Iman, Ilmu, dan Amal yang diletakkan
secara berurutan. Mengapa demikian? Saya rasa pencipta lirik lagu tersebut tak asal meletakkannya.
Pertama
adalah Iman. Iman sebagai dasar kita bermuamalah
maallah warrasul. Tanpa adanya iman di dalam hati, kita tidak akan tergerak
untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Secara harfiyah iman
adalah kepercayaan, yang berasal dari kata
amana yu’minu sedangkan secara terminologi iman adalah keyakinan dalam
hati, ikrar di lisan, dan implementasi dalam bentuk perbuatan dan tindakan.
Kedua adalah Ilmu. Seseorang beribadah
tanpa tahu ilmunya, seperti orang buta yang sedang berjalan. Betapa pentingnya
ilmu sampai nabi Muhammad SAW bersabda : Tholabul Ilmi Faridhotun ‘Alaa Kulli
Muslimin Wa Muslimatin.. yang artinya mencari ilmu bagi muslim
laki-laki dan perempuan hukumnya fardhu
(wajib). Untuk mengukur dan menunjang pergerakan organisasi ini pun butuh ilmu,
baik buruknya, positif tidaknya, serta bermanfaat enggaknya semua dapat diukur
dengan ilmu. Di dalam Al-qur’an sering kita jumpai di akhir ayat berbunyi… Afala
Ta’qiluun,… Afala Tubshiruun,
dengan berbagai macam dalil dari Allah kita diajak untuk berfikir dengan otak
yang kita miliki. Perbedaan kita (manusia) dengan hewan adalah akal pikiran.
Jika kita tidak bisa memaksimalkan karunia Allah tersebut maka tiada bedanya kita dengan hewan di sekitar kita. Dalam keadaan kita yang
sekarang ini selalu dikelilingi dengan maksiat yang tidak pernah kita sadari
sebelumnya. “Ilmu tidak akan masuk kepada orang-orang yang suka bermaksiat,
karena ilmu itu cahaya. Dan cahaya Alloh
tidak akan diberikan kepada orang yang suka bermaksiat”, kata Imam Syafi’ie. Setelah
kita mengetahui kegunaan otak bukan berarti kita dapat seluas-luasnya menggali
ilmu Alloh,
kita tidak diperkenankan untuk ikut memikirkan Amalullah, karena itu daerah kekuasaan Alloh Wallahu A’lam (hanya Allah yang tahu).
Oleh karena itu Allah menciptakan hati (iman) untuk mengawasi tindak-tanduk
dari akal.
Ketiga
adalah Amal. Setelah keduanya (iman dan ilmu) sudah kita genggam, barulah kita
bisa melaksanakan yang terakhir, yang kita sebut dengan finishing touch. Iman dan ilmu tanpa adanya implementasi (Amal) is noncense. Yang diharapkan sekarang
adalah aplikasi dari setiap wacana yang sering digaung-gaungkan baik itu di
komisariat, cabang, maupun PB (Pengurus Besar). Jika Iman, Ilmu, serta Amal dapat
kita tuangkan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan tercipta Khalifah Fil Ard yang kita impikan.
Setelah tercipta Kholifah Fil Ard
tersebut imbasnya kepada tatanan masyarakat yang makmur, adil, dan sejahtera.
Mari bangun ikhwan seperjuangan ! HMI
ada untuk menjawab persoalan yang selama ini mendera negeri ini. Kita wujudkan
impian para pendahulu kita. Selalu YAKUSA (Yakin Usaha Sampai).
0 komentar:
Posting Komentar