ANTARA
KEBANGGAAN, KEPEDULIAN DAN HASRAT DALAM MEMBANGUN BANGSA
Oleh
: Bayu seto
Nusantara, atau saat ini lebih
dikenal dengan nama Indonesia. Sebuah dataran yang tercipta dengan sangat
menakjubkan oleh sang pencipta, dimana didalamnya dianugerahi tuhan dengan
berbagai macam keindahan yang terpancar dari alamnya yang berupa daratan dan
lautan. Alam yang tak hanya memperlihatkan keagungan tuhan dalam memenuhi
kebutuhan makhluknya akan keindahan, tetapi juga memenuhi kebutuhan makhluknya
untuk hajat hidupnya. Tapi, apakah negara ini mengandalkan sumber daya alam ini
sebagai elemen terpenting untuk menjamin dan memenuhi keberlangsungannya? Saya
rasa tidak berlebihan jika jawabannya adalah “TIDAK”. Ada sebuah elemen lagi
yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam menjalankan negara ini.
Elemen inilah yang yang dapat menjaga elemen lainnya di negeri Indonesia ini,
elemen yang diberikan anugrah berupa keleluasaan oleh Tuhan untuk melakukan apa
yang dikehendakinya. Elemen yang dapat memberi pengaruh besar bagi pembangunan
bangsa. Elemen itu bernama manusia. Tidak, tidak, rasanya lebih tepat kalau
kita menyebutnya sebagai PEMUDA.
Pemuda,
rasanya tidak salah jika menyebut elemen ini sebagai yang terpenting dalam
membangun bangsa ini. Mereka (para pemuda) diberikan sebuah “hadiah yang sangat
berharga” oleh Tuhan yang terdapat pada diri mereka, “hadiah” itu adalah
pikiran dan dilengkapi oleh nafsu dan akal. Atribut yang jelas tidak diberikan
terhadap makhluk ciptaan lainnya.
Dalam
membangun bangsa ini, campur tangan pemuda tak bisa, atau bisa dikatakan tidak
boleh dipisahkan dalam sejarah nusantara ini. Para pemuda, pada saat itu
memiliki peran yang sangat besar dalam “peresmian” hari kemerdekaan bangsa ini.
Pada saat itu, para pemuda memiliki sesuatu, yang bisa dikatakan, saat ini
hanya segelintir pemuda yang memilikinya, hal itu adalah “SEMANGAT
NASIONALISME”. Sebuah hal
yang yang dapat menciptakan energi yang entah dari mana datangnya. Kemudian
lahirlah sebuah lambang negara yang sangat filosofis, sebuah lambang yang dapat
menggambarkan negara
ini, bukan hanya dari nilai-nilai dasarnya, tetapi juga karakter hingga segala
hal yang menjadi cita-cita
para pendiri bangsa ini. Hal ini dapat dilihat dari segala atribut yang
terdapat pada lambang burung garuda tersebut, mulai dari lambang Burung Garuda
itu sendiri yang melambangkan kekuatan alami yang berasal dari penciptanya,
kemudian fisiknya, yaitu bulu yang menandakan hari kelahiran bangsa Indonesia,
lalu perisai yang dihiasi dengan lambang-lambang yang melambangkan dasar negara
Indonesia, kemudian pita yang melambangkan Bhinnka Tunggal Ika, yang merupakan
ciri khas dari bangsa Indonesia. Lantas pertanyaannya, apakah para pemuda bisa
membangun bangsa ini dengan mulai membangun diri kita sendiri dengan segala
nilai yang terkandung dalam lambang negara kita tersebut?
Pemuda pada masa ini,
sudah seharusnya dan
sepatutnya melanjutkan perjuangan untuk pembangunan bangsa. Memang, negara ini
telah dibangun secara lebih baik dibanding masa lalu. Dari segi ekonomi, budaya, pendidikan, dan berbagai
bidang lainnya. Dan pada realitanya, memang semakin banyak pemuda bangsa yang berkontribusi
dalam pembangunan bangsa dari aspek ekonomi, pendidikan, pemberdayaan budaya
lokal, dan masih banyak lagi. Tapi, yang harus digarisbawahi, saat ini
kebanyakan pemuda mempunyai sebuah pemikiran bahwasanya
pembangunan bangsa terpusat pada bidang ekonomi. Well, itu
sah-sah saja, harus diakui bahwa ekonomi memberikan peran sangat
sentral dalam pembangunan sebuah bangsa. Namun ada sebuah hal yang mesti
diingat, bahwa dibalik pembangunan kondisi ekonomi bangsa yang terus
berkembang, para pemuda harus memberikan kontribusi dan inovasi tiada henti
untuk tetap memberikan sebuah kestabilan bagi bangsa itu sendiri. Di situlah diperlukan
mentalitas, dalam pencapaian tujuan pribadi maupun tujuan bangsa.
Tapi apakah nilai-nilai
pancasila sudah tidak relevan dengan perkembangan dunia yang sangat dinamis?
Tentu saja tidak, Pancasila memiliki nilai kandungan yang universal dan kontemporer.
Apakah kita bangga memiliki
Pancasila sebagai dasar negara kita? Semoga saja jawaban kita adalah “IYA”.
Setiap pemuda mempunyai cara yang berbeda dalam membanggakan bangsanya. Kita
bisa mengambil contoh dari hal yang paling kecil saja, yaitu penggunaan bahasa
Indonesia dalam pergaulan di dalam negeri saja dulu. Atau
mungkin jika harus membandingkan, tak ada salahnya kita mewarisi watak bangsa yang pernah menjajah
kita, yaitu Jepang. Mereka bangga akan atas segala yang menjadi budaya dan
produk mereka, mereka menerapkan dumping bagi
produk dalam negeri mereka. Tapi lihatlah yang terjadi, produk dari negara itu
merajai pasar di negerinya, sungguh luar biasa. Lalu, tidakkah kita malu
melihat sebuah bangsa yang telah kita kalahkan, ternyata lebih baik dalam
kebanggan dan kepedulian terhadap apa yang menjadi kepunyaannya. Lantas,
bisakah kita seperti pemuda Jepang, setidaknya dalam mencurahkan perhatian
terhadap bangsa kita saja.
Apakah kebanggan itu
diperlukan walaupun berlebihan, jawabannya tergantung dari masing-masing orang
memandangnya. Kebanggan muncul karena ada kepedulian yang muncul dari dalam
diri. Kepedulian biasanya muncul karena adanya rasa cinta yang mendalam
terhadap sesuatu yang diberikan rasa kepedulian itu. Kita bisa mencontoh sosok
Dahlan Iskan ataupun Joko Widodo. Mereka begitu mencintai segala hal yang
berhubungan dengan nilai-nilai yang menjadi ciri khas Indonesia. Lihatlah
bagaimana seorang Joko Widodo yang begitu antusias untuk mengembangkan sistem
ekonomi gotong royong, dimana pihak yang mampu membantu pihak yang kurang mampu
dalam hal permodalan
dan hal
lainnya, ini bisa dilihat
dari kepedulian Jokowi Widodo pada pedagang pasar tradisional daripada pedagang
pasar modern. Gebrakan lain dari Joko Widodo bisa dilihat bagaimana ia menolak
pembangunan pusat perbelanjaan modern hingga sempat “bersitegang” dengan Bibit
Waluyo demi terjaganya cagar budaya, yaitu pabrik es Sari Petojo. Sedangkan
Dahlan Iskan yang tidak ragu untuk berinovasi dengan kebijakan “1 juta
sambungan sehari” sehari setelah ia dilantik menjadi menteri BUMN, dan juga
hasrat darinya yang menginginkan adanya konversi BBM ke BBG, yang mana
hasratnya itu sudah menemui titik terang dengan telah di-launching-nya mobil berbahan bakar gas, walaupun belum ada izin
resmi untuk menjualnya di pasaran, tapi setidaknya ia telah peduli terhadap
karya bangsanya sendiri. Intinya, kita tidak bisa memunculkan sikap bangga jika
kita sama sekali tidak peduli terhadap segala hal yang ada di sekitar kita.
Apakah
kedua sosok inspiratif tersebut tidak mampu menggugah hasrat pemuda untuk
membakar hasrat yang telah lama padam dalam hatinya. Jika tidak, marilah kita
mencari sosok yang dapat membakar hasrat kita. Tapi semua itu balik kepada diri
masing-masing, sejauh apa kita mampu mempertahankan hasrat kita.
Darimana kita bisa
mendapatkan atau menemukan hasrat tersebut? Hasrat untuk membangun
bangsa ini. Hasrat untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Ya, setiap hasrat individu berbeda, karna tujuan hidup pun
berbeda. Hasrat terlahir dari antusiasme yang ada dalam diri kita. Antusiasme
yang merupakan bahasa serapan, terbentuk dari bahasa latin “En-Theos” yang berarti “God in us” atau bisa diartikan Tuhan
dalam diri kita. Membentuk suatu hasrat untuk membangun bangsa ini tidaklah
sulit, tetapi hal itu hanya berlaku bagi yang bersungguh-sungguh untuk
menemukannya (hasrat). Yakinlah hasrat
itu akan datang, dan semoga hasrat itu sesuai dengan nilai yang tertanam dalam
bangsa ini, karena jika terjadi sebuah kesamaan hasrat dan nilai kebangsaan,
maka setiap tindakan yang akan diambil pastilah sesuai dengan cita-cita yang
ingin dicapai oleh pendiri dan pejuang bangsa ini.
Kebanggaan pada bangsa
sendiri tidaklah memalukan, walaupun bangsa tersebut memiliki banyak masalah,
mulai dari kehilangan jati dirinya hingga segala kerusakan terjadi dalam
tubuhnya, tetapi kita harus meyakini bahwa itu adalah ujian, dan Tuhan
menjanjikan “hadiah” bagi yang bisa melewati ujian secara tegar. “Hadiah”
itu adalah, memberikan sebuah kekuatan untuk menghadapi ujian berikutnya. Jangan pernah padamkan hasrat untuk membangun bangsa
ini pemuda garuda, karena hasrat kita akan membawa bangsa ini menjadi “macan
yang bebas dari kandangnya”, mengaum layaknya dahulu kala. Jangan pernah pula
berhenti bermimpi, karena suatu saat mimpi itu akan membawa kita pada sebuah
kenyataan yang berjalan sesuai dengan hasrat yang kita miliki selama ini.
“Nilai adalah kumpulan jati diri, niat dan pedoman
terbaik yang bisa dipikirkan oleh masing-masing orang” -Kazuo
Inamori-
0 komentar:
Posting Komentar