Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi
mahasiswa yang bergerak di bidang perkaderan dan perjuangan. HMI sendiri dideklarasikan
oleh Lafran Pane pada tanggal 5 Februari 1947 di sebuah ruang kelas di Sekolah
Tinggi Islam (STI) yang saat ini berubah nama menjadi Universitas Islam
Indonesia. (QS. Ali Imron:104) Menyeru kepada kebaikan/Islam dan mencegah kemungkaran
adalah kewajiban setiap muslim. Maka HMI sebagai organisasi yang bercirikan
Islam merupakan alat untuk mengajak kepada kebaikan wajib pula ada.
Situasi politik yang mencekam pada saat itu dan
beberapa aspek-aspek lain seperti pendidikan, pemerintahan, hukum, ekonomi,
kebudayaan yang ikut turut andil dalam kondisi konstelasi perpolitikan Nasional
pada masa itu, sehingga membentuk pemikiran untuk mendirikan HMI. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaam Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dalam aktivitasnya
tidak memperhatikan kepentingan mahasiswa beragama Islam. Dengan tidak
tersalurnya aspirasi keagamaan mayoritas mahasiswa di Yogyakarta merupakan
alasan kuat bagi mahasiswa yang beragama untuk mendirikan organisasi mahasiswa
sendiri terpisah dari PMY. Gerakan untuk memunculkan sebuah organisasi mahasiswa
Islam untuk menampung aspirasi mahasiswa akan kebutuhan pengetahuan, pemahaman,
penghayatan keagamaan yang aktual muncul di akhir November 1946 secara
organisatoris di awal Februari 1947 dengan berdirinya HMI.
Dalam perjalanannya HMI menghadapi berbagai
problematika yang acap kali hadir dalam eksistensinya, mulai dari berdiri
hingga saat ini. Ada berberapa fase yang dijalani HMI selama masa perjuangannya,
seperi fase konsolidasi spiritual dan proses berdirinya serta pengokohan HMI, (1946-1947).
Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan, serta menghadapi
penghianatan PKI, (1947-1949). Fase pembinaan dan pengembangan organisasi, (1950-1963).
Fase tantangan, dimana pada fase ini dendam kesumat PKI terhadap HMI. Menempatkan
HMI sebagai organisasi yang harus dibubarkan karena dianggap sebagai penghalang
bagi tecapainya tujuan PKI. Sementara itu HMI berhasil mengadakan konsolidasi
organisasi, dimana HMI tampil sebagai organisasi yang meyakinkan (1963-1966). Fase
kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor kebangkitan angkatan '66
(1966-1968). Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969-sekarang). Fase
kebangkitan intelektual dan pergolakan pemikiran (1970-1994). Fase Reformasi
(1995-sekarang) Secara historis sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan
reformasi dengan menyampaikan pandangan dan kritik kepada pemerintah. Sesuai
dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan
inkonstitusional dan konfrontatif.
Melihat sejarah perjuangannya, HMI
membawa nilai-nilai perjuangan yang harus tetap dipertahankan hingga saat ini.
Namun pada realitas saat ini, cita-cita HMI yang sejatinya terinternalisasi
kedalam diri tiap-tiap kader HMI masih saja kurang. Baik pemahaman akan
konstitusi, sejarah, maupun etos perjuangan HMI. Pemahaman akan sejarah HMI
hanya dipahami saat berdirinya saja, namun untuk pemahaman akan sejarah
perjuangan yang masih bisa dikata kurang. Bahkan ironisnya kader-kader HMI
tidak mengetahui tujuan HMI yang telah tertuang didalam konstitusi. Pasalnya banyak
kader HMI yang tidak memiliki konstitusi yang merupakan pedoman dasar
perjuangan HMI. Bahkan kader-kader HMI selalu mengkritik HMI, namun dia sendiri
tidak paham akan HMI secara mendalam. HMI tidak bisa dipahami dari kulitnya
saja, namun harus dipahami secara mendalam hingga ke akar-akarnya. Kritik yang
dilontarkan karena hanya meilhat satu sisi hanya akan memberikan argumentasi
yang parsial. Nilai-nilai yang tertuang baik secara implisit dan eksplisit
harus dijunjung tinggi oleh kader-kader HMI.
Estafet perjuangan sejatinya merupakan
tanggung jawab yang diemban setiap anggota atau kader organisasi, baik itu HMI
atau bukan guna eksistensi organisasi itu sendiri. Keberlangsungan nyawa
organisasi semua berada di tangan kader-kader organisasi terakit. HMI bisa
besar hingga saat ini semua karena kepedulian kader akan HMI.
Oleh : Rendy
Pradana Hamidjaya
0 komentar:
Posting Komentar