MASTER MIND
UNTUK SEBUAH MIMPI BESAR
Oleh: Muhammad Hosnol Fattah
Katakanlah Barcelona, salah satu club sepakbola
terbaik dunia, dengan model permainan tiki-taka
sebagai ruh dalam bermain. Tak mengenal lawan, filusufi menyerangpun tetap
lengket kendati harus bertanding dengan club yang sama bertitel kelas dunia. Lionel Messi dengan cantiknya berkolaborasi dengan
pemain lainya, seakan melakukan pertunjukkan orkestra unik, luar biasa. Gemuruh
dan Tepukan penonton bersorak ria, hingga pada akhirnya goal-goal indah
bersarang di gawang lawan. Tropi demi tropi pun digenggam. Senang.
Kurang lebih seperti itulah saat club tersebut
menjadi raja di tahun 2011, menundukkan para “worriors “ bola dari club
utusan Negara-negara seantero Eropa, menjadi sorotan media-media dunia, pujian
bermunculan dari para pecinta bola, bahkan ungkapan“ Barcelona adalah club dari
planet lain” pun tak lagi asing didengar. Namun dalam hal ini saya tidak mau
membahas terlalu banyak masalah Barcelona yang memenangi Liga Champion di waktu
itu karena pastinya setiap club memiliki masa keemasan tersendiri. Manchester
United pernah memegang tahtah sepakbola eropa tahun 2008, para fans Madrid pun 9 kali boleh tersenyum
lebar atas kedikjayaanya menyabet gelar bergensi tersebut. Fantastis!.
Sepakbola, terlalu dangkal rasanya jika hanya
berbicara sebatas menang dan kalah atau kuat dan lemah. Karena ada makna
penting dibalik permainan bola itu sendiri, yaitu sebuah kolaborasi antar
pemain, seberapa jauh mereka bisa saling bekerja sama secara harmonis untuk
bisa mencatak gol. Willy- nilly, 11
pemain harus bisa menunjukkan performa dan kerja sama yang harmonis untuk bisa
menyarangkan bola ke gawang lawan.. Jika tidak, maka musnahlah harapan untuk
bisa tampil sebagai hero. Pertunjukan orkestrapun tak akan lagi menarik.
Napolion Hill, dalam bukunya the new think and grow rich meyebut
istilah Master mind untuk
menggambarkan koordinasi pengetahuan dan usaha, dalam suatu semangat
keharmonisan, antara dua atau lebih orang, untuk mencapai suatu tujuan pasti.
Analogi sederhana, Satu lidi dengan mudah bisa dipatahkan namun tidak dengan
seribu lidi, satu kertas akan mudah melayang namun tidak dengan jutaan kertas.
Tentu, ribuan lidi atau jutaan kertas itu perlu disusun untuk bisa memberikan
banyak manfaat, jadilah puluhan sapu lidi yang bisa menyapu bersih sampah-sampah
di lapangan bola, atau ratusan buku yang berisi sejuta ilmu pengetahuan. Artinya sekelompok manusia yang bisa saling
memadukan usaha dan pengetahuaanya, sekaligus menyusun langkah yang
terorganisir memiliki power lebih
dalam memberi manfaat dan merahi suatu
impian dibandingkan dengan single fighter.
Inilah master mind.
Andrew Carnegie tentu bukanlah nama yang asing lagi,
beliau adalah pendiri Carnagie Steel
Company United State, di tahun 1899 perusahaanya telah berhasil meguasai
25% produksi besi dan baja di Amerika.
Carnegie memiliki kelompok Master mind
dengan anggota 50 staff yang bertujuan untuk memproduksi dan memasarkan baja. Carnegie
tidak lah banyak mengetahui tentang teknik bisnis baja, Carnegie hanya memiliki
kekuatan dalam mengumpulkan orang untuk bekerja secara harmonis, demi mencapai
tujuan bersama. Mereka mempersambahkan tenaga dan pengetahuannya melalui
asosiasi Master Mind tersebut.
Hanry Ford, si
miskin, berwawasan sempit telah menjelma menjadi orang terkaya di Amerika pada
zamannya, pencapaian yang sungguh luar
biasa bukan, walau membutuhkan waktu
selama 25 tahun untuk mencapainya. Jauh sebelum itu, nyatanya H.Ford menjadi
lebih perkasa saat ia mampu berasosiasi dengan
Thomas A Edison, Burbank, Burrought, dan firestone, masing-masing mereka
memliki mental yang hebat. Pertemanan Hanry Ford dengan mereka memberikan
banyak pengaruh atas keberhasilannya menjadi orang terkaya. Begitu juga dengan perkumpulan
master mind Steve Jobs dan Steve Wozniak
saat mendirikan apple, Bill gates dan Paul Alen saat meluncurkan Microsoft,
Steve Spiel, Jeffrey Katzenveg, dan David Gefferen saat membentuk DreamWork SKG,
atau si aktivis politik dan dosen Amerika yang buta, tuli dan bisu saat usia 9 bulan, Hellen Keller yang berasosiasi dengan
guru abadinya, Anni Sullivan. Wonderful.
Tidak semua orang bisa membentuk sebuah Master Mind , tapi semua orang sukses memiliki
perkumpulan Master Mind dalam
perjalanan hidupnya. Karena itu lah,
seseorang harus bisa cemplung dan melatih diri dalam berkomunikasi,
berkolaborasi, berkoordinasi dengan orang lain untuk bisa membentuk sebuah master
mind sejati. Dalam hal ini, aktif di sebuah organisasi (kemahasiswaan atau
bukan) menjadi wadah yang sangat tepat untuk memperoses diri memiliki karakter leader. Belajar memahami satu sama lain,
belajar bekerja sama secara harmonis. Sebelum akhirnya menemukan sebuah
perkumpalan true master mind untuk
sebuah mimpi besar.
Selain itu, kefokusan menjadi perhatian khusus dalam
meraih kesuksesan, seperti yang Andrew
Carnagie ungkapkan mengenai rahasia keberhasilannya “Orang yang sudah sukses adalah orang
yang telah memilih satu jalan, dan terus fokus pada jalan itu”. Secara
ideal, pilihan organisasi sebaiknya memiliki
korelasi dengan tujuan yang ingin dicapai. Semakin focus pada suatu impian,
maka semakin cepat impian itu datang. Ini adalah sebuah pintu yang pernah
dibuka oleh orang-orang sukses, yang sudah terbukti kemujarabannya. Oleh karena
itu, mengembleng diri di sebuah organisasi tidak hanya menjadi value add, tapi hasil dari pembelajaran
di organisasi akan sangat bermanfaat dalam menjalani hidup, lebih – lebih untuk merahi
suatu impian. Sebagai kalimat penutup, Ingat! untuk menjadi pemain terbaik
dunia, selain lionel Messi harus focus
bermain bola, ia juga harus bisa bekerja sama secara harmonis dengan Xavi, Iniesta,
Villa, Pedro dan lainnya. Inilah master
mind.