Assalamu'alaikum Wr.Wb
Munculnya gerakan-gerakan baru teroris, yang di lancarkan melalui perekrutan serta 'cuci otak' oleh jaringan mereka, membuat resah warga akhir-akhir ini, berita mengejutkan ternyata muncul dari berbagai sumber yang menjadi narasumber di media-media nasional belakangan, mereka menyatakan bahwa NII atau NKA (Negara Karunia Allah) bermain didalamnya, dan merupakan jaringan ma'had Al-Zaytun yang berdiri sejak 1999 pimpinan Abu Toto atau Panji Gumilang.
Ketika masih 'mondok' di salah satu pesantren Jawa Timur, saya telah mengenal dari sisi kemegahan ma'had Al-Zaytun saja, namun alhamdulillah saya ditemukan oleh sebuah buku bacaan yang membahas ma'had tersebut dari sisi Aliran Sesat NII terbitan M. Amien Djamaludin, Penyimpangan & Kesesatan Ma'had Al Zaytun (Tanggapan Terhadap Majalah Bulanan Al Zaytun), LPPI, Jakarta. Dari obrolan salah seorang alumni mereka kepada teman-teman kami, mereka diharuskan memberikan Sapi kepada yayasan sebagai tanda menjadi santri baru, kemudian mewajibkan memberikan sadakah kepada pimpinan ma'had, serta memiliki pembantu atau pelayan (bahasa saya) yang bisa santri surh-suruh, layaknya babu, padahal mereka para orang yang lebih tua dari santri itu sendiri, ini hanya sekilas obrolan yang saya ingat karna terjadi di awal-awal tahun 2000-an.
Saya tidak pernah membayangkan dan menyadari bahwa NII pasca orde baru semakin meresahkan, bahkan ketika membaca buku tersebut saya masih seumur anak SMP, sehingga hanya tahu dan menghiraukan begitu saja berita tentang sesatnya NII ma'had Al-Zaytun.
Kasus Hilangnya anggota keluarga yang muncul di media setelah menerima ajaran sesat ini, serta pencucian otak yang terkadang berujung aksi terorisme untuk menjadikan Indonesia menjadi Negara islam seutuhnya dengan cara-cara yang mereka anggap halal seperti, bom bunuh diri dan sebagainya, memicu saya menggali kembali ajaran Panji Gumilang pimpinan Al-Zaytun yang alumnus IAIN Syarif Hidayatullah dan Ponpes Gontor ini.
Tak dapat dipungkiri, artikel-artikel yang akan saya tampilkan berupa hasil riset serta berbagai sumber yang saya dapatkan dari searching di internet, tapi tidak mengabaikan keakuratannya. Untuk perkenalan saya akan mengambil ulasan sejarah singkat tentang NII.
Apa itu NII ?
Gerakan Darul Islam (DI) tidak dapat dilepaskan dari nama Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (1905-1962) karena dialah pelopornya. Dalam perjalanan selanjutnya tampil nama-nama antara lain Tengku Muhammad Daud Beureuh di Aceh, Amir Fatah di Jawa Tengah, Ibnu Hajar di Kalimantan Selatan dan Kahar Muzakkar (‘Abdul Qahhar Mudzdzakkar) di Sulawesi Selatan. Adapun Kartosoewirjo aktif di Jawa Barat sekaligus pusat DI dan dia adalah pemimpin pusat (imam). Tetapi Kartosoewirjo bukan asli Jawa Barat, tetapi kelahiran Cepu, Jawa Timur.
Proklamasi NII yang dicetuskan oleh DI menjadi bagian dari riwayat perjuangan rakyat Indonesia melawan imperialisme Barat beserta anteknya. Betapa berat perjuangan DI, sejak lahir selain dimusuhi oleh imperialisme Barat dan anteknya juga dimusuhi oleh gerakan kemerdekaan Republik. Ketika Revolusi 1945 berakhir, sadar tidak sadar justru Republik melanjutkan program imperialisme Barat menumpas DI dan gerakan Islamiyah lainnya hingga kini. Bahkan lebih buruk lagi, sedikit banyak tercipta kerja sama antara Republik dan imperialis Barat. Gerakan Islamiyah diberi berbagai istilah “seram” semisal “teroris”, “ekstrimis” dan “fundamentalis”.
Sejak Imam NII SM Kartosoewirjo tertangkap oleh musuh pada tanggal 4 Juni 1962 di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat, dan sebagian besar staf NII pada menyerah kepada pihak Soekarno pada tanggal 1 Agustus 1962.
Setelah Imam NII SM Kartosoewirjo tertangkap 4 Juni 1962, perlu diangkat Imam NII baru. Karena Anggota Komandemen Tertinggi (AKT) dan Kepala Staf Umum (KSU) sudah gugur dan yang lainnya telah meninggalkan tugasnya atau menyerah, maka yang tinggal Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi (KUKT). Dimana satu-satunya Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi (KUKT), yaitu Abdul Fattah Wirananggapati.
Adapun Abdul Fattah Wirananggapati yaitu yang dibai'at langsung oleh Imam awal SM Kartosoewirjo. Sekembali Abdul Fattah Wirananggapati dari membai'at Teungku Muhammad Daud Beureueh pada tanggal 20 september 1953 sebagai Panglima TII Divisi V-Tjik Di Tiro, ketika pulang, di Jakarta, Abdul Fattah Wirananggapati tertawan TNI dan diasingkan ke Nusakambangan. Ketika Soekarno mengeluarkan amnesti abolisi tahun 1961, Abdul Fattah Wirananggapati dibebaskan pada tahun 1963.
Tetapi Pemerintah NKRI kembali menangkap Abdul Fatah Wirananggapati tahun 1975 kemudian dipenjarakan di Bandung. Abdul Fatah Wirananggapati dipenjara dari tahun 1975 sampai tahun 1983.
Awal Mula NII KW IX
Namun salah Seorang staf NII bernama Adah Djaelani Tirtapradja yang membaiat diri menjadi Imam NII bersama Danu Mohamad Hasan, dan Ateng Djaelani Setiawan, yang mana mereka bertiga telah menyerah dan berikrar kepada pihak Soekarno pada 1 Agustus 1962, kemudian melakukan pembentukan NII dan membaiat seseorang bernama Abu Toto alias Panji Gumilang.
Adah Djaelani adalah boneka BAKIN (Ali Murtopo) yang disusupkan kedalam tubuh NII. Pada saat itu Ali Murtopo menggunakan strategi pancing-jaring untuk menekan gerakan-gerakan Islam.
Di mata para tokoh NII lainnya, Adah Djaelani merupakan seorang penghianat.
Keberadaan NII ini ditolak keras keterkaitannya dengan NII Kartosoewirjo, apalagi format gerakan dan ajaran/faham keagamaan yang dikembangkan jauh menyimpang dari garis NII. Sejumlah mantan aktivis gerakan ini menyebutnya dengan NII KW IX.
Itulah sekelumit cikal bakal NII KW-IX (Ma'had Al Zaytun)
Nantikan artikel berikutnya tentang NII...
Wahyudi Ali adam