Autis di Tengah Forum Orang-orang Pintar

Setiap orang duduk tidak beraturan dalam sebuah ruangan yang hangat, karena pendingin udara tidak dinyalakan

Setiap orang melakukan kegiatan sendiri-sendiri sesuka hati

Di antara mereka mengajukan berbagai macam saran yang mereka anggap PENTING

Di antara mereka mengajukan berbagai pernyataan yang mereka anggap PENTING

Di antara mereka saya hanya menjadi seorang autis di tengah manusia hiperaktif

Di antara mereka saya hanya melakukan tiga hal

-DUDUK. DIAM. DENGAR-

Saya duduk tanpa melakukan apa-apa kecuali membaca deretan huruf yang membentang seukuran kertas F4 menjadi sebuah draft

Saya diam tanpa menyarankan apa-apa kecuali melihat presidium sidang melakukan tugas masing-masing

Saya dengar, tanpa menanyakan apa-apa.

Tapi dalam dunia 3D saya, saya hanya melantunkan doa sederhana

Dalam dunia 3D saya, saya memperhatikan wajah kalian satu-satu

Saya yakin, saya berada di ruangan yang tepat, dibanding saya hanya duduk di kamar, melamun dan berkhayal

Saya yakin, saya berada di kursi yang tepat, dibanding saya duduk di luar, mengamati bintang dan tidak mendengar keputusan-keputusan PENTING yang akan dilaksanakan di masa depan

(*UF)

Berkubang di Dalam RAK

Bagaikan mengulang tradisi yang sebelumnya. Hingga pukul setengah dua belas siang, kuorum RAK tidak terpenuhi, bahkan ketika pembahasan tata tertib sidang sudah memasuki Bab VIII pasal 9 ayat 2. Akhirnya, pimpinan sidang, Deni memutuskan untuk pending sidang hingga ba'da dzuhur.  Beberapa kader mengerahkan pulsa dan bensin untuk menghubungi, hingga menjemput peserta sidang, dan pengurus. Di ruangan dingin ini, keputusan diambil dengan jumlah peserta sidang yang terbatas, pengurus yang ada di ruangan hanya dua orang. Sedikit memperihatinkan. Apalagi ketika melihat salah seorang kawan, terlihat begitu emosional dan berapi-api untuk menyentil kader-kader tercinta yang tidak hadir dalam forum tertinggi komisariat ini.
Semua hanyut dalam pembahasan draft-draft istimewa ini, semua menikmati kebingungan, kemarahan, tawa, dan canda. Segelas teh, sepiring snack, sejumput kertas, dan setitik tinta berada di atas meja coklat berbarengan akur dengan adu retorika.
Menjelang pukul dua siang, belum banyak peserta yang hadir, menunggu menjadi sebuah rutinitas yang kemudian terulang kembali. Sesungguhnya semua optimis, bahwa mereka pasti datang dengan cinta. Cinta pada komisariat. Cinta untuk mempertanggungjawabkan kepengurusan mereka. Dan cinta dengan regenerasi ke depan (*UF)

RAK HMI MPO FE UII ke-40

Yogyakarta, 24 Desember 2010- Rapat anggota komisariat (RAK) HMI MPO Komisariat FE UII ke-40 dimulai. Beberapa hari sebelumnya, sekitar seminggu rapat perancangan draft yang akan digunakan saat RAK telah dilaksanakan oleh panitia yang ditunjuk. Panitia RAK kali ini diketuai oleh Aunur Mahfud. Pembukaan RAK diselenggarakan hari ini, meskipun mundur dari waktu yang sudah direncanakan sebelumnya, yakni pukul 09.00 WIB menjadi pukul 10.59 WIB, pembukaan berjalan lancar di ruang P1/1 kampus FE UII, Condong Catur FE UII. Hadir pula dalam acara ini ketua HMI Cabang Yogyakarta periode 2010/2011, Nur Wahid dan memberikan sambutannya. Ia sedikit mengulas beberapa permasalahan yang saat ini mewarnai  sekitar kita, antara lain dilema monarki Yogyakarta. Ia juga mengamati masalah nasionalisme, mengenai kemiskinan yang saat ini masih melingkupi kita namun masih sedikit yang diupayakan oleh masyarakat Indonesia,  serta para petinggi di negara untuk menyelesaikan masalah ini. Ia berharap ada keberlanjutan dalam transformasi proses dalam RAK, yang tidak berhenti begitu saja dalam dataran pemikiran, namun juga dilaksanakan dalam tindakan, karena hal ini penting dalam usaha regenerasi organisasi (*UF)